Di puncak makam ini, terdapat sebuah makam yang ditempatkan cukup istimewa. Dengan bangunan dan atap yang sangat baik, lantai keramik, bersih, membuat betah orang yang berkunjung. Demikian juga dengan saya. Walau udara di luar terasa panas, namun di lokai makam itu terasa sejuk. Nisannya cukup unik. Dengan terbuat dari kayu, dan tersusun hingga sekitar 14 nisan. Luar biasa, Itulah makam Kyai Dalmudal, atau Syeh Dalmudal, atau Pangeran Kebo Kenongo, keturunan dari Prabu Brawijaya V.
Yang lebih menarik adalah adanya batu yoni di jalan masuk makam. Yoni ini merujuk pada yoni Kamal di Pengasih, adalah peninggalan jaman kerajaan Medang, sekitar abad 7. Ternyata tua jebule Kulon Progo ki 🤔
Ada juga Patung budha unfinished. Selain itu juga ada yo batu pasujudan Mbah syech dal mudal, lokasinya dibawah wet Gedhe be biyen enek watu jembar e sok nggo sholat.
Aku mengerenyitkan dahi, sambil memandang wajah pak tua yang duduk disebelahku sambil menghisap rokoknya. Aku lontarkan sepengetahuanku bahwa makam Pangeran Kebo Kenongo adalah di Boyolali.
“Nyumanggakaken Mas.... nanging miturut cerita, dulu, sebenarnya yang berhak jadi raja adalah Kebo Kenongo. Namun kemudian tampuk kekuasaan diberikan pada adiknya. Kebo Kenongo lalu pergi mengembara, hingga sampai ke Boyolali, bertapa dan melakukan laku prihatin. Oleh kanjeng Sunan Kalijaga tidak “diparengaken” untuk berhenti disana, lalu meneruskan pengembaraan hingga gunung ini, hidup disini dan membangun rumah tangga di tempat ini, hingga akhir hayat dimakamkan ditempat ini.” Cerita bapak bapak disebelahku.
Kyai Dalmudal.
Photo : Nisan Kyai Dalmudal.